Mimpi buruk tadi malam, aku betul-betul nggak bisa tidur nyenyak.
Sengaja aku matikan telepon darinya, kepalaku betul-betul penuh, dan aku hampir mau muntah mendengar kata-katanya.
Segera sang strress menghampiriku, mau menangis nggak tau mesti gimana caranya, lagian aku malu mesti menangis di depan orang, sebisa mungkin aku hindari. Padahal, aku tinggal bertiga di dalam kamar sempit dengan satu ruang itu, dan semoga kamu tau betapa menderitanya aku tadi malam.
Sebelum tidur, akhirnya airmata tak terbendung juga, menangis tanpa suara, hanya airmata di balek selimut yang sebenarnya hanya selembar seprai tipis penghalang nyamuk saja. Tertidur ditemani perasaan berkecamuk, terbawa mimpi buruk dan paginya aku bahkan enggan melihat matahari bersinar.
Ah, rentan sekali aku dengan masalah. Hal-hal kecil yang sebenarnya bisa ditangani dengan sedikit sentuhan dan kebijaksanaan, sebuah pembuktian kalau aku sudah dewasa. Maksudku 21 tahun. Tetapi aku tidak melakukannya, aku tenggelam dalam air yang dangkal, dan aku betul-betul menyadari kalau itu dapat kujangkau dengan kakiku. Bodoh, yapz... kamu benar, semalaman aku melakukan hal bodoh itu, dan paginya aku hampir lumpuh diserang dengan 5 sms bernada yang sama.
Aku betul-betul butuh marah padamu, tapi aku tak bisa, Kau terlalu baik untuk disakiti, dan aku tidak mau merusak nama baik orang yang kuhormati. Lalu kusembunyikan semuanya dibalik tawaku yang dipaksa keluar dari bibir yang dimiliki oleh wajah sedih menahan emosi.
Mestinya kau mengerti andai kau jadi aku, tapi aku maklum karena kau terlalu bodoh untuk dapat mengerti aku.
Kesimpulannya, kita berdua hanyalah orang bodoh, dan aku lebih bodoh lagi karena mau merasa tertekan dengan kebodohanmu. Dan sesudah tulisan ini aku publish, kuharap kau tidak mengganggu makan siangku, kuharap kau berhenti merusak hari-hariku, pergilah.
Sengaja aku matikan telepon darinya, kepalaku betul-betul penuh, dan aku hampir mau muntah mendengar kata-katanya.
Segera sang strress menghampiriku, mau menangis nggak tau mesti gimana caranya, lagian aku malu mesti menangis di depan orang, sebisa mungkin aku hindari. Padahal, aku tinggal bertiga di dalam kamar sempit dengan satu ruang itu, dan semoga kamu tau betapa menderitanya aku tadi malam.
Sebelum tidur, akhirnya airmata tak terbendung juga, menangis tanpa suara, hanya airmata di balek selimut yang sebenarnya hanya selembar seprai tipis penghalang nyamuk saja. Tertidur ditemani perasaan berkecamuk, terbawa mimpi buruk dan paginya aku bahkan enggan melihat matahari bersinar.
Ah, rentan sekali aku dengan masalah. Hal-hal kecil yang sebenarnya bisa ditangani dengan sedikit sentuhan dan kebijaksanaan, sebuah pembuktian kalau aku sudah dewasa. Maksudku 21 tahun. Tetapi aku tidak melakukannya, aku tenggelam dalam air yang dangkal, dan aku betul-betul menyadari kalau itu dapat kujangkau dengan kakiku. Bodoh, yapz... kamu benar, semalaman aku melakukan hal bodoh itu, dan paginya aku hampir lumpuh diserang dengan 5 sms bernada yang sama.
Aku betul-betul butuh marah padamu, tapi aku tak bisa, Kau terlalu baik untuk disakiti, dan aku tidak mau merusak nama baik orang yang kuhormati. Lalu kusembunyikan semuanya dibalik tawaku yang dipaksa keluar dari bibir yang dimiliki oleh wajah sedih menahan emosi.
Mestinya kau mengerti andai kau jadi aku, tapi aku maklum karena kau terlalu bodoh untuk dapat mengerti aku.
Kesimpulannya, kita berdua hanyalah orang bodoh, dan aku lebih bodoh lagi karena mau merasa tertekan dengan kebodohanmu. Dan sesudah tulisan ini aku publish, kuharap kau tidak mengganggu makan siangku, kuharap kau berhenti merusak hari-hariku, pergilah.
3 komentar:
Ternyata kalo lagi emosi tulisannya bisa mengalir begitu aja..
thx ya..
Leo Manalu,
kamu udah bikin aku emosi luar biasa.
wkwkwwkkw,.. lucu x kw ternyata jong...
wkwkwkwk....
kw juga lucu mun..
ntah apa kw.
Posting Komentar