Baru aja aku baca status fb nya Daniel Elison Daya, dia bilang, “di jalanku ku diiring.”, aku jadi ingat lagu dari kidung jemaat, nggak ingat nomor berapa jadi aku searching aja di mbah google. Ini nih katanya c embah..
Di Jalan ’ku Diiring (KJ408)
Judul Asli : “All the Way My Savior Leads Me”
Teks : Fanny J. Crosby (1875)
Musik : Robert Lowry (1875)
Alih bahasa : E.L. Pohan Shn. (1970)
1. Di jalanku 'ku diiring oleh Yesus, Tuhanku.
Apakah yang kurang lagi, jika Dia Panduku?
Diberi damai sorgawi, asal imanku teguh,
suka duka dipakaiNya untuk kebaikanku;
suka duka dipakaiNya untuk kebaikanku.
2. Di jalanku yang berliku dihiburNya hatiku;
bila tiba pencobaan, dikuatkan imanku.
Jika aku kehausan dan langkahku tak tetap,
dari cadas di depanku datang air yang sedap;
dari cadas di depanku datang air yang sedap.
3. Di jalanku nyata sangat kasih Tuhan yang mesra.
Dijanjikan perhentian di rumahNya yang baka.
Jika jiwaku membumbung meninggalkan dunia,
kunyanyikan tak hentinya kasih dan pimpinanNya;
kunyanyikan tak hentinya kasih dan pimpinanNya.
"Sesungguhnya inilah Allah, Allah kitalah Dia seterusnya dan untuk selamanya! Dialah yang memimpin kita!" (Mazmur 48:14)
Ada sedikit cerita tentang lagu ini, katanya lagu ini mempunyai cerita yang sangat khas, khususnya kalau kita perhatikan kata-kata “Apakah yang kurang lagi”. Suatu hari Fany Crosby sangat memerlukan uang lima dollar dan ia tidak tahu dari mana ia dapat memperoleh uang itu. Seperti biasanya ia lakukan, ia berdoa dan menyebut keperluannya itu dalam doanya. Tak lama kemudian ada orang yang mengetuk pintunya. Ketika dibukanya, seorang yang tidak dikenalnya memberikannya uang lima dollar. Tak terlukiskan herannya dan bahagianya, sambil mengucapkan terimakasih kepada orang itu.
Fanny Crosby mencatat: “Saya tidak dapat menjelaskan ini, hanya ini yang saya tahu, yaitu bahwa Tuhan mendengarkan doa saya dan menggerakkan hati orang itu untuk memberikan uang itu kepada saya. Tuhan luar biasa. Segera saya menulis syair itu dan menyerahkannya kepada Dr. Lowry, yang juga cepat menulis melodinya”. Tak lama kemudian lagu itu masuk dalam kumpulan lagu-lagu Sekolah Minggu, yang disusun oleh William Howard Doane dan Robert Lowry dan terbit 1875.
Fanny Crosby lahir di tengah keluarga yang sederhana di New York. Pada waktu umur enam minggu ia menjadi buta karena salah obat. Ia mendapat pendidikan di sekolah orang buta, kemudian dari tahun 1847 sampai 1858 menjadi guru di sekolah itu juga. Pada tahun 1858 ia menikah dengan Alexander van Alstyne, juga buta dan bekerja sebagai guru yang sangat dihormati di sekolah itu. Syair-syair yang mula-mula dikarang Fanny Crosby bersifat umum, bukan rohani.
Menjelang umur empat puluh tahun ia bertemu dengan seorang pemusik gereja, William Batchelder Bradbury, lalu mulai mengarang syair-syair rohani dan ia mencatat bahwa sejak itu ia “orang paling bahagia di dunia.” Kata orang yang mengenal Fany Crosby, ia tidak pernah mengarang syair rohani sebelum ia berlutut berdoa untuk mohon bimbingan Tuhan, Ia juga selalu membawa Alkitab ke manapun ia pergi. Ia selalu minta pendapat dan nasehat dari pemusik-pemusik injili seperti Ira D. Sankey, William Howard Doane, George Stebbins dan lain-lain.
Fanny Crosby dikenal sebagai pencipta lagu jemaat yang paling produktif. Sepanjang hidupnya, beliau menulis lebih dari 8000 syair dan musik lagu jemaat. Syair-syair lagu lain yang di karang Fanny Crosby antara lain: “Mampirlah Dengar Doaku” (KJ 26), “Mari Tuturkan Kembali” (KJ 145), “Slamat di Tangan Yesus” (KJ 388), “Ku Berbahagia” (KJ 392) dan masih banyak lagu-lagu jemaat lain yang menjadi favorit dan terus dinyanyikan hingga saat ini.
Robert Lowry, pengarang melodi nyanyian ini lahir tahun 1826 di Philadelhia, Pennsylvania, Amerika Serikat. Ia terkenal sebagai penginjil penuh semangat, sebagai pengarang lagu, dan banyak berpartisipasi untuk mengembangkan lagu gereja menjelang akhir abad kedua puluh. Lagu-lagu lain yang di karang oleh Robert Lowrey adalah “Ya Tuhan, Tiap Jam” (KJ 457), “Di Makam yang Gelap” (KJ 195).
Di jalanku ku diiring
Filsafat buah-buahan
1. Jadilah Jagung, Jangan Jambu Monyet.
Jagung membungkus bijinya yang banyak, sedangkan jambu monyet memamerkan bijinya yang cuma satu-satunya.
Artinya: Jangan suka pamer
2. Jadilah pohon Pisang.
Pohon pisang kalau berbuah hanya sekali, lalu mati.
Artinya: Kesetiaan dalam pernikahan.
3. Jadilah Duren, jangan kedondong.
Walaupun luarnya penuh kulit yang tajam, tetapi dalamnya lembut dan manis. Hmmmm, beda dengan kedondong, luarnya mulus, rasanya agak asem dan di dalamnya ada biji yang berduri.
Artinya: Don’t Judge a Book by The Cover..
Jangan menilai orang dari luarnya saja.
4. Jadilah bengkoang.
Walaupun hidup dalam kompos sampah, tetapi umbinya, isinya putih bersih.
Artinya: Jagalah hati, jangan kau nodai.
5. Jadilah Tandan Pete, bukan Tandan Rambutan.
Tandan pete membagi makanan sama rata ke biji petenya, semua seimbang, tidak seperti rambutan.. ada yang kecil ada yang gede.
Artinya: Selalu adil dalam bersikap.
6. Jadilah Cabe. Makin tua makin pedas.
Artinya: Makin tua makin bijaksana.
BUKAN MAKIN TUA MAKIN REWEL.
7. Jadilah Buah Manggis.
Bisa ditebak isinya dari pantat buahnya.
Artinya: Jangan Munafik
8. Jadilah Buah Nangka.
Selain buahnya, nangka memberi getah kepada penjual atau yg memakannya.
Artinya: Berikan kesan kepada semua orang (tentunya yg baik)
பிரோம் : http://www.googlebottle.com